Minggu, Desember 8

OPINI: Selisik Mendalam Kepemimpinan Gibran

Pinterest LinkedIn Tumblr +

Penulis : Maghfirah Putri

Mahasiswa : Prodi Ilmu Administrasi Negara, Universitas Indonesia

 Sebenarnya, apa itu Kepemimpinan?

Menurut Robbins dan Judge (2016) kepemimpinan merupakan sebuah proses memimpin kumpulan individu melalui kecakapan untuk memengaruhi orang lain dengan menggunakan otoritas manajerial yaitu planning, organizing, leading, dan controlling.

Terdapat dua teori besar mengenai lahirnya kepemimpinan yang bersifat kontradiktif satu dengan yang lainnya yaitu, The Great Man Theory yang dipopulerkan pada tahun 1840 oleh Thomas Carlyle, filsuf sekaligus sejarawan Skotlandia.

Teori ini mengemukakan bahwa ‘Great leaders are born, not made’, seorang pemimpin yang hebat datang secara natural sejak mereka lahir (Wei, 2022). Perkembangan lebih lanjut menghasilkan penemuan teori
lain yaitu Trait Theory.

Menurut Stogdil (1984), terdapat serangkaian sifat tertentu yang diwariskan oleh pemimpin hebat, hal ini diartikan bahwa kepemimpinan dapat dibentuk melalui pembelajaran sifat-sifat kepemimpinan bagi mereka yang tidak memilikinya secara natural.

Selain sebagai putra sulung orang nomor satu di Indonesia yang mewarisi sifat-sifat kepemimpinan dari sang ayah, Gibran juga mengemban pendidikan tinggi hingga ke luar negeri dan memiliki pengalaman sebagai pengusaha yang dijalaninya sebelum menjadi wali kota. Melalui pendekatan leadership theory, bagaimana kepemimpinan Gibran?

Kepemimpinan Gibran dalam Perspektif Leadership Theory

Pada umur yang terbilang muda, Gibran telah menginspirasi banyak orang dengan gaya kepemimpinannya. Gibran dikenal sebagai pemimpin muda yang tegas, inovatif, dan dekat dengan masyarakat. Daya pikat yang dimiliki olehnya sangat kuat hingga menarik para pejabat maupun politisi untuk datang berkunjung pada awal ia dilantik sebagai wali kota.

Hal ini menunjukkan bahwa sejak awal, ia memiliki sumber kekuasaan personal, yaitu connection power, sumber kekuasaan yang dimiliki oleh seorang pemimpin dengan mempunyai relasi hubungan luas terhadap individu atau kelompok yang memiliki jabatan atau peranan penting dalam sebuah negara.

Baca Juga:   Khitanan Massal Yayasan Masjid Agung Palembang, Herman Deru: Maulid Nabi, Momentum Meneladani Rasulullah SAW

Pemimpin Kota Surakarta ini memiliki kesamaan gaya kepemimpinan dengan sang ayah, yakni terbiasa menemui langsung masyarakat. Minder praja merupakan tradisi blusukan yang dicetuskan oleh sang ayah saat menjabat sebagai Wali Kota Surakarta, yang kini dilanjutkan oleh Gibran.

Penggunaan sepeda pada tradisi ini bertujuan untuk menjangkau jalan sempit, persuasi kendaraan ramah lingkungan, serta menghapuskan kesan jarak birokrasi.

Tidak hanya menggunakan sarana interaksi langsung, Gibran juga menggunakan media sosial sebagai sarana interaksi dengan masyarakat.

Sebagai pemimpin muda, Gibran menyadari bahwa kepemimpinan di era digital saat ini membuat pejabat publik perlu untuk aktif menggunakan media sosial guna berinteraksi dengan masyarakat.

Menurutnya, masyarakat cenderung lebih ekspresif dalam mengungkapkan keluhan di media sosial dibandingkan mengungkapkannya secara langsung.

Hal ini ditunjukkan pada penulisan bio yang tersemat pada media sosialnya, bertuliskan “Nek duwe masalah langsung WA aku wae. Nomorku 081225067171″ yang mana dia juga mengajak jajaran pengurus pemerintahan Surakarta untuk ikut aktif bermedia sosial guna menunjang kinerja pemerintahan yang efektif.

Penerapan konkret dari peranan media sosial ditunjukkan dengan aduan masyarakat Surakarta melalui kiriman pada salah satu akun Twitter dengan username @SoloMenfess yang ditanggapi oleh Gibran.

Aduan tersebut memuat keluhan mengenai tindakan kurang menyenangkan sopir Batik Solo Trans (BST) yang mengirimkan pesan menggoda kepada penumpang.

Keluhan tersebut ditanggapi oleh Gibran dengan memberikan surat peringatan dan dilanjutkan dengan pemecatan kepada sopir tersebut.

Tindakan Gibran ini merupakan gambaran penggunaan coercive power yaitu kekuasaan untuk mengendalikan suatu tingkah laku bawahan sehingga cenderung menggunakan ancaman atau sanksi untuk mencapai tujuan (Hughes, 2019).

Jika dilihat melalui Contemporary Theory, Gibran menunjukkan peranan penggunaan idealized influence sebagai pemimpin transformasional. Gibran menggunakan faktor idealized influence untuk memengaruhi secara emosional kepada para pengikutnya melalui karismatik yang dia miliki.

Baca Juga:   Bantu Pemerintah Capai Herd Immunity, Kodim 0402/OKI Kembali Lakukan Serbuan Vaksinasi Covid-19

Penggunaan ini, ditunjukkan dengan ajakan untuk saling menjaga kebersihan di tempat umum. Selain itu, kedekatan Gibran dengan masyarakat yang dibangun melalui interaksi langsung maupun tidak langsung menggambarkan bahwa dia merupakan pemimpin yang mempertimbangkan individualized consideration.

Gibran berhasil membuat masyarakat merasa diberikan perhatian melalui tindakannya yang mencoba mendengarkan kebutuhan, keluhan, dan kritik yang disampaikan oleh masyarakat.

Gaya kepemimpinan demokratis yang digunakan oleh Gibran membantunya untuk menerapkan
tipe kepemimpinan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Kombinasi Tegas dan Merakyat

Respons tegas Gibran lainnya ditunjukkan dengan penanganan pungli yang dilakukan oleh salah satu oknum Lurah berinisial S, yang dipecat karena menandatangani surat persetujuan pemungutan liar berbungkus zakat.

Lurah tersebut disanksi karena mengizinkan aksi pungli yang diadakan untuk 22 personal Linmas Kelurahan.

Gibran mengungkapkan, meskipun Lurah ‘S’ tidak menerima uang pungli yang dikumpulkan, ia tetap bersalah karena memberikan tanda tangan persetujuan yang mengartikan bahwa kegiatan tersebut menjadi tanggung jawabnya.

Pemecatan Lurah ‘S’ menimbulkan aksi protes yang dilakukan sejumlah warga. Warga memasang spanduk dukungan kepada Lurah dan mengumpulkan tanda tangan untuk diserahkan kepada Gibran sebagai bentuk pertentangan terhadap pemecatan lurah mereka yang dianggap sebagai pemimpin yang baik kepada masyarakat.

Pada kasus ini, Gibran menggunakan pendekatan gaya kepemimpinan directive, ia tetap teguh pada pendirian dan keyakinannya bahwa Lurah ‘S’ telah bersalah.

Direktur Parameter Politik Adi Prayitno menilai bahwa, aksi yang dilakukan Gibran ini bertujuan memberikan pandangan sebagai seorang ‘pemimpin bertangan besi’ kepada pihak yang tidak sesuai dengan prosedur.

Baca Juga:   Bayung Lencir Pertahankan Tradisi Juara Umum STQH

Lebih lanjut, Wali Kota Surakarta ini ingin publik melihatnya sebagai seorang Gibran yang tidak dibayang-bayangi oleh popularitas Sang Ayah. Bagaimanapun, kepemimpinan merupakan kolaborasi dari pengetahuan dan seni yang membuat seorang pemimpin memiliki karakteristiknya tersendiri, seperti kebiasaan Gibran meninggalkan kendaraan dinasnya di tempat-tempat bermasalah sebagai bentuk sindiran kepada pihak-pihak yang dinilai melanggar peraturan.

Gibran menunjukkan sisi kepemimpinan merakyatnya melalui pendekatan yang dibangun melalui interaksinya dengan masyarakat. Walaupun demikian, ia merupakan pemimpin yang tegas dan berpendirian teguh pada apa yang diyakininya.

Pengalamannya sebagai pengusaha juga memberikan modal kepemimpinannya sebagai Wali Kota dalam mengambil keputusan berisiko. Hal ini menunjukkan bahwa peranan Gibran dalam memimpin Surakarta lebih dari seorang manajer, dia berhasil memerankan diri sebagai leader dengan berani mengembangkan inovasi untuk menghadapi perubahan.

Dibuktikan dengan Surakarta menjadi kota urutan pertama dalam predikat kota paling nyaman di Indonesia menurut Ikatan Perencanaan Indonesia (IAP).

Selain itu, Gibran menerima penghargaan sebagai TOP Pembina BUMD Awards tahun 2022, penghargaan ini diberikan kepada BUMD yang dinilai berhasil meningkatkan kontribusi untuk pengembangan ekonomi di daerah serta meningkatkan pelayanan kepada konsumen dan masyarakat umum.

Hal ini membuktikan bahwa kepemimpinan Gibran selama menjadi Wali Kota Surakarta dapat dikatakan cukup berhasil. (**)

 

Referensi:
Hughes, R., Ginnett, R., & Curphy, G. (2019). Leadership Enhancing the Lessons of
Experience. New York: McGraw-Hill Education.
Madanchian, Hussein, Noordin, & Taherdoots. (2016). Leadership Theories; an Overview of
Early Stages. researchgate.net, 198-201.
Northouse, P. (2019). Leadership Theory and Practice. California: SAGE Publication.
Robbins, S., & Judge, T. (2016). Organizational Behavior. New York: Cornell University.

Wei, H. (2022, Maret). The Evolution of Leadership Theories.
https://www.researchgate.net/publication/359682860_Chapter_1_The_Evolution_of_Leaders
hip_Theories

Share.

About Author

Redaksi Situs Berita AkselNews.com.

Leave A Reply