Palembang, AkselNews.com – Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia (HISKI) Komisariat Sumatera Selatan akan menyelenggarakan Konferensi Internasional Kesusasteraan (KIK) Ke-33 pada 18-20 Oktober 2024 di Aula Jaidan Jauhari, Kampus Fasilkom Universitas Sriwijaya, Palembang.
Hal ini disampaikan Ketua Pelaksana KIK – Ernalida, S.Pd., M.Hum., Ph.D. pada saat rapat persiapan dan pemantapan kepanitiaan acara tersebut. Ernalida mengatakan acara konferensi internasional ini, akan mendatangkan pembicara dari luar negeri yang berkompeten dibidangnya yakni dari negara Italia, Portugal, Malaysia, Thailand dan lain sebagainya.
“Tema KIK ini yakni Digital Humanities on Literature Field (Humaniora Digital dalam Kajian Sastra)”, ujarnya.
Ernalida menambahkan, tidak hanya konferensi saja, agar lebih meriah acara ini juga akan menghadirkan pementasan drama dengan lakon Siti Zubaedah, Launching Buku, Wisata Bahari (City Tour), dan Rapat Kerja (Musyawarah Tahunan Hiski).
“Alhamdulillah tahapan persiapan berjalan dengan baik, mulai dari kepanitiaan hingga masalah narasumber”, ujarnya.
Mengenai target peserta Ernalida menjelaskan, sasaran peserta dan pemakalah berasal dari Hiski seluruh Indonesia yang berada pada setiap provinsi diharapkan bisa berpartisipasi dalam acara ini, sementara untuk peserta lokal berasal dari dosen dan guru-guru di Sumatera Selatan.
Narasumber yang akan hadir dalam acara KIK antara lain Prof. E.Aminudin, M.A., Ph.D. dari Badan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Prof. Jacqueline pugh-Kitingan dari Borrish University of Sabah, Assoc. Prof. William Bradley, Ph.D. dari Akita University Japan, Dr. Luis Cardosso, M.A. dari Universidade de Lisboa Portugal, Assoc. Prof. Dahlia Janan, Ph.D. dari Sultan Idris University of Education Malaysia, Hedy C.Holzwart, M.A. dari Goethe University of Frankfurt Jerman, Nik Abdul Rakkib bin Nik Hassan dari Head of Nusantara Stdies center Thailand, Chiara Gardin, Ph.D. dari Samarine University Italia, Assoc. Prof. Dr. Jeannet Stephen, M.A. dari Borrish University of Sabah Malaysia, dan Ivan Chen dari CEO Anatarupa Studio Indonesia. (yud)